Defisit Energi Fosil, Nuklir Jadi Jawabannya


Defisit Energi Fosil, Nuklir Jadi Jawabannya Nuklir merupakan sumber energi yang banyak digunakan oleh negara maju, seperti Jepang, Amerika, dan Prancis. Oleh karena itu, tiba saatnya bagi Indonesia untuk mulai melirik penggunaan nuklir guna mengatasi krisis energi fosil.

Kepala Pusat Studi Energi UGM Deendarlianto menyebut, permasalahan kapasitas produksi energi yang menurun, serta emisi pemanasan global menjadikan Indonesia berada di posisi defisit energi dan membutuhkan energi non-fosil. Prediksi Fakultas Teknik UGM bersama Toyota dalam penelitian pada 2012, meski semua sumber energi dikumpulkan tetap tidak akan mampu mencukupi kebutuhan energi nasional pada 2030.

"Dalam UU Energi terbaru disebutkan besarnya porsi energi terbarukan pada 2025 mencapai 25 persen. Bahkan detail UU tersebut menyebut porsi nuklir sebesar lima persen. Meski sebagai last option, Indonesia mestinya memiliki rencana untuk itu," ujar Deendarlianto.

Dalam kegiatan bertajuk "Seminar on Understanding the Fukushima Nuclear Accident & its Recovery Efforts" itu dia menambahkan, energi nuklir sebagai alternatif harus tetap dilakukan karena sudah ada perintah dalam Undang-Undang. Maka, Deen mengajak pemerintah melalui Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), akademisi, dan masyarakat mulai berpikir tentang teknologi nuklir maupun pengembangan nuklir untuk listrik.

"Meskipun energi nuklir telah memenuhi aspek ekonomis dan emisi, proyek tersebut masih terhambat karena penerimaan masyarakat yang masih rendah. Hal ini dikarenakan masih minimnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah mengenai manfaat, risiko, serta penanganan bahaya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)," tuturnya.

Apalagi masyarakat selama ini cenderung hanya mengetahui kecelakaan reaktor yang terjadi di masa lalu. Sejarah mencatat setidaknya ada tiga kecelakaan reaktor, yakni di Three Mile Island (1979), Chernobyl (1986), dan yang terbaru di Fukushima (2011).

"Hal ini tentu telah menimbulkan pro dan kontra tentang kelayakan atau keamanan penggunaan PLTN di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Melalui seminar ini kita bisa belajar secara langsung dari pakar-pakar di Jepang terkait penanganan reaktor Fukushima pada 2011, seperti Takehiko Mukaiyama, Akimasa Ono, Yoshimitsu Fukushima, Akira Kaneuji, Tadashi Inoue dan Kazuko Uno," papar Deen.
Share on Google Plus

Tentang K

Penulis hanyalah seorang manusia biasa, sekarang sedang sibuk mengejar para dosen demi mendapatkan gelar sarjana. jika ada pertanyaan silahkan kirimkan email ke : rimporok@gmail.com atau hubungi (+62)852 4015 0005